Kondisi pasar Asia yang saat ini cenderung dilanda kekhawatiran atas laju inflasi yang terus meningkat seperti yang terjadi di Republik Rakyat Cina (RRC) dan Vietnam, harus dapat dimanfaatkan Indonesia. Menurut Direktur Utama PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Kamis 07 Juli 2011, apabila momentum itu dapat dimanfaatkan dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi nasional akan makin meningkat lebih baik, karena penempatan dana asing di pasar domestik makin meningkat. Cina berusaha menekan laju inflasi yang cenderung meningkat dari 5,5 persen menjadi enam persen, dengan melakukan pengetatan likuiditas. Upaya ini menekan industri manufaktur Cina berada dalam tingkat yang rendah.
Selain itu, laju inflasi di Vietnam yang meningkat mencapai 11 persen telah mengakibatkan biaya hidup di negara tersebut dinilai cukup mahal. Untuk itu pelaku asing mencari negara yang tepat guna melakukan investasi baru yang dapat memberikan keuntungan atau imbal hasil yang cukup baik yang aman dan nyaman terutama Indonensia.
Para pelaku asing, memang sudah melirik pasar domestik menjadi tujuan utama untuk investasi jangka panjang, mereka tidak hanya bermain di pasar saham maupun pasar uang, tapi juga mulai melirik kesektor infrastruktur. Investasi langsung asing hanya akan terjadi apabila pemerintah juga telah membenahi infrastuktur, karena pelaku asing akan menahan diri apabila faktor tersebut masih belum beres. Apalagi Indonesia menjadi tujuan utama relokasi bisnis produksi dari negara-negara di Asia yang laju pertumbuhan industri manufakturnya melambat terutama Cina.
Di Cina sejak Februari 2009 industri manufaktur berada pada level terendah, akibat pengetatan likuiditas yang dijalankannya. Kemudian selain itu juga Jepang dan Korea Selatan mencatat pertumbuhan manufaktur 2011 juga merosot tajam. Untuk itu diharapkan Indonesia segera memanfaatkan situasi kondisi inflasi di Asia tersebut agar pertumbuhan ekonomi nasional akan semakin meningkat.-
*(Sumber dari berbagai media)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar