Pada hari Sabtu dan Minggu tanggal 02 dan 03 Juli 2011 yang lalu, ‘Desa Rangkat’, sebuah komunitas para penulis Kompasiana, telah melaksanakan kopdar pertamanya di Ganjuran, Sumbermulyo, Bambanglipuro Bantul. DI Yogyakarta (di tempat kediaman sesepuh ‘Desa Rangkat’, Bapak E. Astokodatu). ‘Desa Rangkat’ adalah wadah komunitas warga Kompasiana dalam menuangkan segala ide dan imajinasi kreatif akan sebuah desa yang tumbuh kembang bersama rasa Toleransi, Kesamaan, Persaudaraan dan Persahabatan juga rasa Kekeluargaan yang dijunjung tinggi. ‘Desa Rangkat’ merupakan desa yang dibangun dan dibesarkan melalui hati dan rasa dengan prinsip Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa.
Pertemuan ‘Desa Rangkat’ telah dihadiri oleh dua puluh sembilan warga dari berbagai daerah antara lain dari Jakarta, Depok, Bekasi, Bandung, Semarang, Klaten, Temanggung, Situbondo, Jember, Surabaya, Palembang, Makassar, Gorontalo, Menado dan tuan rumah DI Yogyakarta. Dalam pertemuan itu telah dilakukan silaturahmi antar warga, diskusi pengalaman penulis, pesan dan kesan komunitas desa rangkat dan sharing dengan komunitas ‘Canting’ DI Yogyakarta serta bakti sosial ke panti asuhan Santa Maria, Ganjuran, Bantul, DI Yogyakarta. Dan dalam pertemuan itu hampir seluruh warga desa rangkat menyatakan kegembiraannya dengan ungkapan kata bahagia yang kerap selalu terlontar dari obrolan-obrolan diantara mereka.
Pada sambutan yang sangat luar biasa dari Bapak E. Astokodatu selaku tuan rumah pertemuan tersebut, menyampaikan bahwa pertemuan ini adalah sebuah realisasi Asah, Asih dan Asuh. Menurutnya pertemuan ini terlaksana bukan karena dirinya yang telah berbaik hati menyediakan tempat, namun sesungguhnya karena kita semua telah diberkati Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga dia selalu menjawab kepada warga Desa Rangkat yang mengucapkan rasa terima kasihnya, agar berterimakasihlah kepada Tuhan. Beliau juga menjelaskan bahwa dia selalu diajarkan oleh ayahnya agar senantiasa berbagi kebaikan kepada setiap orang. Karena tidak ada ruginya dan banyak manfaatnya melakukan hal tersebut. Dan hingga saat ini dia selalu melaksanakan hal tersebut katanya pasti akan ia laksanakan selama masih mampu melakukannya. Selama waktu pertemuan tersebut, pak Astoko, selalu sibuk mengatur penjemputan, penyediaan penginapan, makan, dan lain sebagainya. Ada satu kesan yang luar biasa dalam pertemuan itu, dimana para pemuka masyarakat di lingkungan tempat tinggal Bapak Astoko menyebutkan bahwa pertemuan mengagumkan sungguh terjadi di desa ini!
Menurut Kepala ‘Desa Rangkat’, Yayok Haryanto, bahwa pertemuan desa rangkat tersebut merupakan pertemuan yang sangat membahagiakan. Dan mengingatkan kita pada semboyan : “A Happiness is When We Make Somebody Else Happy” (Kebahagiaan hakiki adalah pada saat kita mampu membuat orang lain berbahagia). Semboyan tersebut sarat makna filosofis, yang belum tentu dapat dicerna dengan modal kecerdasan saja. Perlu kebersihan hati dan kepekaan rasa, agar kita bisa berbagi dengan sesama.
Mas Yayok juga pernah menjelaskan pada tanggal 13 April 2011 lalu, bahwa Desa Rangkat di Kompasiana.com, diawali oleh keresahan pertentangan di rubrik agama, dan sentuhan persaudaraan dalam komentar yang ditangkap oleh Mommy, maka terbangunglah Desa Rangkat yang awalnya adalah kumpulan RANGkaian KATa, berupa puisi. Kemudian setelah Mommy mengangkatku menjadi Kepala Desa, sekaligus suami dalam setting Desa Rangkat, maka kuusulkan agar Desa Rangkat dijadikan akronim dari Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa di kompasiana.com baik berupa tulisan, komentar atau tanggapan dari komentar. Dengan kata lain, Desa Rangkat adalah penjabaran dari Sharing and Connectingnya kompasianadotcom. Mas Iskandarjet, selaku admin pada kesempatan terakhir saat berpamitan, menitipkan salam untuk semua warga Desa Rangkat.
Dan ternyata bapak Kades ini sengaja menyempatkan diri untuk hadir pada pertemuan tersebut, walaupun saat ini beliau sedang sibuk-sibuknya bekerja di Jember, Jawa Timur. Tetapi selama di Ganjuran tidak terlihat sama sekali wajah kelelahannya. Luar Biasa!
Mas Yayok juga pernah menjelaskan pada tanggal 13 April 2011 lalu, bahwa Desa Rangkat di Kompasiana.com, diawali oleh keresahan pertentangan di rubrik agama, dan sentuhan persaudaraan dalam komentar yang ditangkap oleh Mommy, maka terbangunglah Desa Rangkat yang awalnya adalah kumpulan RANGkaian KATa, berupa puisi. Kemudian setelah Mommy mengangkatku menjadi Kepala Desa, sekaligus suami dalam setting Desa Rangkat, maka kuusulkan agar Desa Rangkat dijadikan akronim dari Diskusi Elok Sarat Asah-asih-asuh dalam meRANGkai KATa di kompasiana.com baik berupa tulisan, komentar atau tanggapan dari komentar. Dengan kata lain, Desa Rangkat adalah penjabaran dari Sharing and Connectingnya kompasianadotcom. Mas Iskandarjet, selaku admin pada kesempatan terakhir saat berpamitan, menitipkan salam untuk semua warga Desa Rangkat.
Dan ternyata bapak Kades ini sengaja menyempatkan diri untuk hadir pada pertemuan tersebut, walaupun saat ini beliau sedang sibuk-sibuknya bekerja di Jember, Jawa Timur. Tetapi selama di Ganjuran tidak terlihat sama sekali wajah kelelahannya. Luar Biasa!
Mommy, Ibu Kades De Rangkat, datang dari Bandung, Jawa Barat tiba di Yogya pada tanggal 01 Juli 2011 berharap agar Desa Rangkat yang kini telah menjadi nyata ini akan menjadi langgeng dan selalu berkata rasanya pertemuan ini seperti mimpi. Terlihat sekali raut wajahnya menunjukan rasa kebahagian yang tidak terhingga. Dan dia berharap persahabatan ini tidak cepat berlalu serta meminta kepada warga Desa Rangkat agar terus memelihara semangat untuk terus bisa berbagi dengan sesama.
Sementara itu menurut Odi Shalahuddin, selaku guru di Desa Rangkat, bahwa pertemuan ini sangat luar biasa semangatnya. Sebagai warga DI Yogyakarta, dia selalu mengikuti pertemuan ‘Desa Rangkat’ dari awal pertemuan pada tanggal 01 Juli di Hotel Pramesthi hingga bubaran pada tanggal 03 Juli 2011 di Malioboro. ‘Desa Rangkat’ menurutnya, adalah sebuah desa yang pada akhirnya telah menjadi desa kita bersama. Sejarahnya, desa yang diciptakan oleh Mommy itu, telah menjadi bagian dari kehidupan di Kompasiana. berbagai ide/gagasan ataupun kisah-kisah imajinatif telah lahir. Dia mencoba membangun sejarah ‘Desa Rangkat’, yang terkait dan dikembangkan dari Putri Tebu, Pewaris Pena Pusaka. Putri Tebu, panggilan atau julukan Pak Kades Yayok kepada bunda terkasih. Melalui tulisan ‘Desa Rangkat’, Desa Pelopor Segala, mengenai perjalanan Laura dan Jack, akhirnya sampai untuk merekonstruksi sejarah imajinatif ‘Desa Rangkat’. Sejarah yang dikisahkan oleh Pak Kades kepada kedua tamunya. Mas Odi mencoba mengembangkan dengan membuka awalan, meminta usulan, tapi hanya dari Pak kades. (Mommy waktu itu lagi sibuk kali ya..). Yang ada dalam imajinasinya, dengan mengkaitkan postingan-postingan terdahulu adalah merekonstruksi menjadi peta Desa Rangkat. Desa Rangkat dibayangkan berbentuk hati. Bagian atasnya adalah teluk. Terdiri dari sembilan dusun. Angka sembilan menjadi bermakna. Tentang sejarahnya sendiri, Putri Tebu adalah anak seorang raja yang selalu memperhatikan kondisi rakyat, ini membuat sang raja murka dan memenjarakan dalam kamarnya. Ia akhirnya diselamatkan di dibantu oleh ibunya agar bisa keluar. Ia didampingi oleh pujangga Jagadunya (menjaga dunia) yang memiliki pena pusaka. Pak Kades akan menjadi keturunan ketujuh dari Putri Tebu. Mommy keturunan ketujuh dari Pujangga, yang kemudian mewariskan pena pusaka. Ia mendapatkan harta karun, karya-karya dari Putri Tebu. Sebuah sejarah maya yang manstaf!
Lala Sangkrak Laranta, seorang penulis fiksi dari Situbondo, dengan bekal semangat telah menyempatkan diri untuk dapat hadir pada kopdar ini. Walaupun dalam keadaan bersedih hati karena kakak kandungnya sedang sakit keras. Kamipun semuanya mendoakan agar kakaknya segera disembuhkan dari sakitnya. Dia sempat menjelaskan bahwa sebenarnya tidak suka dengan ‘bendera’ namun telah mendapatkan tempat yang indah di ‘Desa Rangkat’. Merasa bebas berkreatif selama bergabung dengan komunitas ini dan sangat puas menikmatinya. Menurutnya karena hatinya ia bisa hadir di Ganjuran. Dan hatinyapun berharap agar pertemuan ini menjadi yang lebih dari prasangka baik kita.
Triansyah Pj yang sering dipanggil sebagai Bung Hans, sang hansip penjaga desa yang sering hadir pada saat ronda di ‘Desa Rangkat’, berangkat sejak tanggal 29 Juni 2011 dari Palembang. Dia sempat singgah di Lampung, Jakarta dan akhirnya tiba di DI Yogyakarta pada tanggal 02 Juli 2011 pada pagi hari. Dari Palembang menuju tempat kopdar ‘Desa Rangkat’, ia pergi bersama istrinya, Mbak Yeni Depe dan kedua anaknya. Dan selama berada di Ganjuran dia merasa bahwa pertemuan ini selalu terus terkenang.
Beny Eduard atau lebih akrab dipanggil Bang Ibay lebay, yang telah mengubah lagu Hymne De Rangkat, sengaja terbang dari Menado menuju DI Yogyakarta ingin segera bertemu dengan warga ‘Desa Rangkat’ dan membuktikan bahwa maya adalah nyata. Dia selalu bergembira ria selama berkumpul dengan saudara-saudara barunya itu. Dan menurutnya bahwa kehadiran kita di Yogyakarta karena punya ikatan yang kuat untuk menyatakan maya bisa menjadi nyata. Kenyataannya permainan rasa emosional kita telah banyak terlibat, terbukti banyak airmata yang mengalir selama pertemuan berlangsung!
Lain lagi dengan rekan Helmi Bp, seorang penulis Kompasiana yang sering bergaul dengan siapa saja dan semuanya selalu dianggap sebagai sahabat, memberi pesan buat ‘Desa Rangkat’, Maju Terus Pantang Mundur. Dia yang selalu dipanggil ‘Babe’, selalu menghindar dalam polemik yang tidak produktif. Serta selalu ringan tangan membantu dengan sesama bila membutuhkannya. Dia telah sengaja hadir dalam pertemuan ini dan berangkat dari Jakarta (daerah tempat tinggalnya). Dan dialah yang membantu mempertemukan dengan kawan-kawan ‘Canting’, sebuah komunitas kompasianer di DI Yogyakarta.
Asih Suwarsih seorang cerpenis dari Makassar, sangat bersuka cita karena telah direstui oleh keluarganya untuk hadir dalam pertemuan ini. Saudaraku yang satu ini selalu dekat dengan penulis saat pertemuan, dia sering merasa haru dan seperti tidak percaya telah berada dalam kopdar ‘Desa Rangkat’. Air matanya hampir jatuh dengan rasa bahagia yang meluap-luap bersamaan kalimat yang terucap terpatah-patah, ‘pertemuan ini takkan terlupakan seumur hidup’.
Jingga Rangkat, penulis yang seksi dari Surabaya, orang yang pertama yang hadir dari luar kota DI Yogyakarta karena mendapatkan tiket yang tidak ada pilihan kecuali harus berangkat lebih awal dan pulang paling akhir. Namun dia tetap ‘muuuaaaaah’ karena hatinya yang bahagia dapat hadir pada pertemuan ini. Kekecewaannya hilang ditelan kegembiraan pada saat bertemu dengan warga pada tanggal 01 Juli 2011. Ada kesan yang tercetus dari saudaraku ini yaitu ; “Tak kenal maka tak sayang, kita semua sudah kenal walau hanya maya, rasa sayang itu juga sudah tumbuh dihati kita biarpun itu kecil, saat kita semua bisa benar-benar nyata saling sentuh baranya makin terasa. Kita semua saling sayang! Sungguh ini sangat indah!!”
Selsa Rengganis, atau lebih akrab dipanggil Bunda oleh warga ‘Desa Rangkat’ adalah Ibu RT yang sering buat puisi yang mengharukan. Menitikkan air mata saat hadir di pertemuan ini karena rasa haru dan bahagia yang tak tertahankan. Dia tidak menyangka sama sekali dapat bertemu dengan warga ‘Desa Rangkat’ secara nyata dan merasa telah menjadi bagian dari desa itu. Sehingga sangat menginspirasi seluruh warga bahwa alam maya kini telah berubah menjadi nyata. Dia berharap semoga pertemuan ini membawa berkah bagi seluruh warganya. Dan Bunda Selasa meluncur dari Temanggung bersama anaknya pada tanggal 01 Juli 2011 dengan mengendarai sepeda motornya. Sungguh sangat luar biasa!
Lia Nathalia dari Bekasi, menuju Yogyakarta bersama Mommy. Ia ke Bandung terlebih dahulu, kemudian dengan menggunakan kereta api mereka bersama meluncur ke Yogya. Sejak tiba di Yogyakarta (Hotel Pramesthi) wajahnya selalu berseri-seri. Dia telah merasakan keindahan disamping juga membuatnya melupakan rutinitas yang selalu melelahkan. Bahkan membuat energi baru, semangat buat menjalani aktifitas baru sehingga tidak merasakan kepenatan. Ia sangat suka sekali pertemuan ini. Semoga kiranya akan ada lagi kopdar yang lain di Desa Rangkat ini, agar kita dapat bertemu lagi. Maju terus pantang mundur!
Bowo Bagus dari Klaten, sejak tiba di Yogyakarta pada tanggal 01 Juli 2011 selalu mengikuti pertemuan-pertemuan warga Desa Rangkat tanpa mengenal lelah. Menjemput para warga di terminal Giwangan hingga mengantar kepulangan para warga yang terakhir.
Halim Malik dari Gorontalo yang katanya sedang melanjutkan studinya di Yogya, juga selalu mengikuti pertemuan ini sejak awal hingga akhir dan berharap semoga kopdar terus berlanjut selamanya.
Devi Juniarsih, yang sedang studi di Yogya, merasa tidak menyesal hadir di kopdar Desa Rangkat. Ia juga selalu mengikuti pertemuan sejak awal hingga para warga bubar di Malioboro.
Iin Aiy-aiya, dari Semarang, tiba di Yogya pada tanggal 02 Juli 2011. Pada saat acara api unggun belum sempat makan jagung bakar tapi merasa bahagia sekali. Ia berharap agar pertemuan ini menjadi bermanfaat bagi kita semua.
Sri Sulandari, menyimak bersama suami tercinta Mas Odi Shalahuddin, dan sebagai warga baru ingin mengenal lebih dekat Desa Rangkat.
Acik, Palembang, berangkat pada hari Sabtu 02 Juli 2011 dan tiba di Yogya jam 21.00 wib langsung menuju api unggun Desa Rangkat. Menurutnya walaupun hanya semalam rasa bahagianya seumur hidup, Desa Rangkat amazing, semangat kopdar yang luar biasa. Kehangatan yang semula tercipta dalam dunia maya terwujud dan bukan hanya mimpi dalam dunia nyata. Lalu keesokan harinya tanggal 03 Juli 2011 jam 12.00 wib ia kembali lagi ke Palembang.
Afandi Sido, yang juga warga Desa Rangkat berdomisili di DI Yogyakarta (kuliah disana) merasa senang dapat bertemu saudara-saudaranya di Malioboro karena tidak dapat hadir pada pertemuan tanggal 02 Juli 2011. Alhamdulillah akhirnya ketemu juga………
Dan saya sendiri datang bersama istri dan kedua anakku, berangkat pada tanggal 01 Juli 2011 jam 18.30 wib dari Reni Jaya Pondok Petir, Bojong Sari, Depok, Jawa Barat, tiba di DI Yogyakarta tanggal 02 Juli 2011 jam 06.30 wib dan langsung menginap di hotel Dewi Sri. Sangat terkesan sekali dengan pertemuan ini, ada satu yang paling berkesan dalam pertemuan ini yaitu ketika saya bertemu dengan Sr. Marietta, CB (mantan kepala sekolah SMA Carolus Bengkulu) di Panti Asuhan…..karena sebelumnya saya sudah menceritakan bahwa saya pernah menulis fiksi saat saya sedang tugas di Bengkulu. Tiba-tiba, sekonyong-konyong koder justru orang yang saya ceritakan itu datang tepat di dalam pertemuan tersebut!
Semoga pertemuan tersebut akan menjadikan kita selalu bersatu selamanya dan tentunya akan bermanfaat bagi semua para kompasianer. Karena banyak yang bilang sama saya bahwa pertemuan tersebut telah mengagumkan para kompasianer.-
Puisi untuk Desa Rangkat :
Desa Yang Kudatangi Hari Ini
oleh : Edy Priyatna
oleh : Edy Priyatna
Sawah tak membuat jejak jadi patah
ada saat akan menyatukan renggang
mendekati jarak-jarak
kemudian kembali kita berbincang-bincang
sambil menghirup udara hijau
melepas dahaga mengurai rindu
menyanyikan gita sukma
esokkan masih ada
di desa kecil
nan sejuk
nan damai
nan indah
nan ramai
desa dunia……..
ada saat akan menyatukan renggang
mendekati jarak-jarak
kemudian kembali kita berbincang-bincang
sambil menghirup udara hijau
melepas dahaga mengurai rindu
menyanyikan gita sukma
esokkan masih ada
di desa kecil
nan sejuk
nan damai
nan indah
nan ramai
desa dunia……..
Rupa dan wajahmu
sudah tertanam dihati………
sudah tertanam dihati………
(Yogyakarta, 02 Juli 2011)
Perjalanan 6
oleh : Edy Priyatna
oleh : Edy Priyatna
Kini aku melangkah kembali
ke desa yang pernah aku singgahi
karena kehilangan segala
termasuk kenang-kenangan……..
ke desa yang pernah aku singgahi
karena kehilangan segala
termasuk kenang-kenangan……..
Cerita dusun hijau
saat pagi menjelang
menyampaikan kabar para petani……..
saat pagi menjelang
menyampaikan kabar para petani……..
Aku tetap semangat
setia kembali menyusuri
lekuk tubuhmu
kendati habis asa
sekali jatuh tanpa pergi……..
setia kembali menyusuri
lekuk tubuhmu
kendati habis asa
sekali jatuh tanpa pergi……..
Karena kau tetap gugusan
tempat rembulan dan bintang
yang hadir setiap waktu
membuatku terjaga
memandang wajah terangmu
menerima segala……..
tempat rembulan dan bintang
yang hadir setiap waktu
membuatku terjaga
memandang wajah terangmu
menerima segala……..
Walaupun waktu terus belalu
aku tetap melangkah
tanpa bosan
melihat kenangan kian berkesan
pada pagi yang sejuk
pada pagi yang damai
pada pagi yang indah
pada pagi yang ramai……..
aku tetap melangkah
tanpa bosan
melihat kenangan kian berkesan
pada pagi yang sejuk
pada pagi yang damai
pada pagi yang indah
pada pagi yang ramai……..
Kau tetap desa
dan aku setia
menikmati liku sawahmu
mengecap manisnya tubuhmu
hingga habis waktu……………….
dan aku setia
menikmati liku sawahmu
mengecap manisnya tubuhmu
hingga habis waktu……………….
(Pondok Petir, 01 Juni 2011)
Desa Rangkat
Sawah itu terbentang dalam ingatan…
hijau royo royo terhampar jauh di kaki bukit
itulah karunia Tuhan yang Mencipta
hijau royo royo terhampar jauh di kaki bukit
itulah karunia Tuhan yang Mencipta
Jadilah, dan semuapun jadi
Tanah dengan air
Langit dengan udara
Makhluk pun juga
Tanah dengan air
Langit dengan udara
Makhluk pun juga
Maka petanipun membentuk tanah jadi sawah
benihpun tumbuh diatasnya
benihpun tumbuh diatasnya
aku bersyukur
diciptakan dari tanah
yang memberi makan bagi tubuh
yang menyediakan tempat bagi mati
diciptakan dari tanah
yang memberi makan bagi tubuh
yang menyediakan tempat bagi mati
(Desa Rangkat, 20 Oktober 2010).
___________________________________________________
DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar