Gunung Lokon, Sulawesi Utara (Sulut), statusnya telah ditetapkan menjadi awas atau level tertinggi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sejak hari Senin 11 Juli 2011 dini hari. Sejak letusan awal pada tanggal 5 Juli 2011, getaran di gunung yang juga sempat mengalami letusan freatik pada Februari 2011 itu terus berfluktuasi dengan getaran mencapai 8 milimeter.
Letusan gunung itu masuk dalam kategori letusan besar dan keputusan untuk menaikkan status Gunung Lokon menjadi level 4 atau tertinggi atau dalam status awas sudah tepat. Kondisi Gunung Lokon hingga Senin sore masih berawan, asap dari kawah terlihat terus-menerus dengan warna kelabu dengan ketinggian sekitar 200 meter dari kawah. Kondisi tersebut masih kondusif sehingga masyarakat belum ada yang mengungsi. Radius kawasan rawan bencana ditetapkan radius 3,5 km dari puncak Lokon.
Menurut Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, hari Senin 11 Juli 2011 pagi, hingga saat ini belum ada evakuasi terhadap warga yang tinggal di sekitar gunung tersebut. Namun sampai saat ini pemerintah daerah terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat. Bupati Tomohon juga sudah mengeluarkan pernyataan status tanggap darurat untuk Kota Tomohon.
BNPB telah melakukan koordinasi dengan kementerian, lembaga, Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, TNI dan Polri. Tim Reaksi Cepat BNPB juga telah diturunkan guna memberikan pendampingan kepada Pemda setempat. Untuk itu dihimbau kepada warga sekitar untuk tetap waspada terkait peningkatan aktivitas Gunung Lokon tersebut. Sedangkan untuk kelurahan yang berada di sekitar Gunung Lokon, namun berlokasi di luar Kawasan Rawan Bencana II agar mewaspadai terjadinya hujan abu, pasir, dan kemungkinan dapat terkena lontaran batu.
Gunung yang terletak di Kota Tomohon itu memiliki ketinggian 1.689 mdpa. Pada saat terakhir meletus tahun 2001, sebagian wilayah Kota Manado yang berjarak sekitar 25 Km dari gunung itu, ditutupi hujan debu yang mengguyur disebabkan karena tiupan angin. Material debu yang dikeluarkan dari kawah gunung api ini berbentuk lava pijar dan ketinggiannya diperkirakan mencapai 400 meter. Sebelumnya pada bulan Oktober 1991 juga pernah meletus yang menimbulkan kerugian material mencapai Rp 1 miliar. Ribuan jiwa penduduk di Desa Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kinilow dan Tinoor, ketika itu setempat diungsikan secara besar-besaran ke sejumlah daerah yang dinilai tidak rawan karena atap ribuan rumah penduduk hancur dihantam batu dan debu setebal 15 sampai 20 cm.
Sementara itu Kementerian Perhubungan (Kemenhub) meminta kepada semua penerbangan yang melintasi kawasan Manado dan sekitarnya untuk berhati-hati, karena meletusnya Gunung Lokon tersebut mengakibatkan timbulnya abu vulkanik yang mencapai 50.000 feet.
Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, mengatakan bahwa permintaan hati-hati tersebut tertuang dalam “Notam” (Notice to Airman) yang dikeluarkan Notam Office Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Udara No. A0920/11. Notam tersebut menjelaskan zona berbahaya dari letusan gunung tersebut adalah 10 Nautical Mile atau sekitar 18,52 km dari Gunung Lokon. Pengaruh debu vulkanik Gunung Lokon pada Ashtam Nomor 0031/11 adalah oranye yang berarti semua penerbangan yang melewati kawasan tersebut harus siaga.
Debu vulkanik diperkirakan akan mengenai wilayah utara Gunung Lokon, di sekitar ruas Jalan Tinoor, Warembungan, dan kemungkinan terbawa hingga ke Kota Manado. Untuk itu dihimbau kepada para pengendara kendaraan di jalan kawasan Tinoor agar berhati-hati dengan debu vulkanik semburan Gunung Lokon.
Diharapkan kepada masyarakat agar tenang dan mengikuti arahan Pemda serta tidak mempercayai isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan Gunung Lokon di Desa Kakaskasen, Kota Tomohon, Sulawesi Utara serta Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi di Bandung.
Kepada pemerintah agar segera memperingatkan dan mengevakuasi masyarakat di sekitar kawasan kaki bukit, terutama untuk yang berada di radius tiga kilometer. Sejak pagi (11 Juli 2011), Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Royke A. Roeroe, telah menghimbau warga untuk menghentikan aktivitas di kawasan kaki Gunung Lokon.-
*(Sumber dari berbagai media)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar