Gunung Kerinci, yang terletak di Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, statusnya telah ditetapkan menjadi ‘waspada’ oleh Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Sumatera Barat sejak hari Rabu 20 Juli 2011, setelah akhir-akhir ini aktivitasnya terus meningkat. Sejak sepekan terakhir, gunung berketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut tersebut telah beberapa kali mengeluarkan asap cokelat keputih-putihan dengan ketinggian mencapai 200 hingga 300 meter.
Menurut Manajer Pusdalops PB Sumatera Barat, Ade Edwars, bahwa dengan status ‘waspada’ tersebut, siapa pun dilarang untuk mendekati gunung Kerinci. Gunung tertinggi di Sumatera yang terletak di perbatasan Sumatera Barat-Jambi tersebut kini telah ditutup untuk sementara dan Pusdalops PB Sumatera menghimbau agar warga yang bermukim di sekitar gunung untuk tidak mendekati kawasan Bahaya I atau sekitar 2,5 kilometer dari kawah gunung. Hingga saat ini warga belum perlu mengungsi tapi tetap perlu meningkatkan kewaspadaan.
Sementara itu warga kecamatan Gunung Kerinci, Gunung Tujuh dan Kayo Aro sudah dihimbau untuk selalu waspada. Menurut Camat Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi jambi, bahwa pihaknya telah menghimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada dan tidak mendekati kawasan bahaya dan khusus untuk para pendaki telah dibatasi.
Diperkirakan bila gunung tersebut itu meletus, aliran kawahnya akan mengarah ke Kabupaten Kerinci Jambi, sedangkan lahar dinginnya akan mengalir ke Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat. Aktivitas Gunung Kerinci itu nantinya juga akan berdampak terhadap aktivitas Gunung Talang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Menurut Ade, pemantauan Gunung Kerinci saat ini terpaksa dilakukan secara manual karena seismometer yang terpasang di puncak gunung tersebut dalam kondisi rusak.
Gunung Kerinci pernah meletus pada tahun 1949, 1970 dan 2009, namun letusan yang terkeras gunung itu terjadi pada 1970 lalu. Diharapkan kondisi ‘waspada’ tersebut tidak meningkat dan kepada para warga sekitar untuk selalu tetap waspada mengikuti perkembangan lebih lanjut.-
*(Sumber dari berbagai media)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar