TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS

"TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS"

Rabu, 21 September 2011

BENARKAH UJIAN NASIONAL 2011 BERBEDA?


1303118596739783542
Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh menyatakan bahwa pelaksanaan ujian nasional pada 2011 berbeda dengan pelaksanaan tahun sebelumnya. Menurut Mendiknas dalam perbincangannya dengan SCTV, belum lama berselang, untuk tahun ini kelulusan tidak ditentukan hanya pada saat ujian.
Muhammad Nuh menjelaskan, tahun ini pihaknya sudah menemukan formula baru. Kali ini semua aspek diakomodikasikan mulai pencapaian sejak kelas 1 hingga kelas 3 ditambah ujian nasional. Jadi, nilai ujian sekolah digabung dengan ujian nasional.
Perubahan ini merupakan bagian dari pembelajaran setelah pihaknya banyak menerima kritik dan saran. Selain nilai kelulusan, hal lain yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional adalah meminimalisir penyimpangan atau kebocoran soal ujian. Pihaknya sudah mengikhtiarkan dengan sekuat tenaga untuk mencegah kebocoran tersebut.
Karena itu pihaknya akan berusaha memastikan pengawasan dan pendistribusian soal mulai dari percetakan, rayon, hingga ke sekolah harus dipastikan aman. Sungguh aneh rasanya jika ada isu naskah bisa dibeli seharga Rp 10 juta.
“Tak usah percaya dengan model seperti itu. Ibaratnya kalau ada makanan haram, meski ditawar-tawarkan pasti akan saya tolak. Itu yang akan saya dorong kepada para pelajar,” kata Mendiknas
Pemerintah tidak memberikan target khusus kelulusan peserta didik. Untuk itu diharapkan kepada peserta dapat lulus sesuai aturan dan dengan jujur.
Tentunya kita semua mendoakan, berusaha, yang ingin lulus bukan hanya orang tua, anak, dan gurunya. Semua ingin adik-adik kita lulus. Tapi dengan cara sesuai dengan aturan dan kejujuran. Jangan sampai dipaksakan karena alasan tertentu. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya mendorong dan memberi motivasi agar peserta dapat lulus dengan baik. Namun, kata Mendiknas, jika ada peserta yang tidak lulus UN, maka masih ada kesempatan mengikuti UN Paket C atau mengulang pada tahun depan.
Muhammad Nuh telah memastikan kesiapan pelaksanaan Ujian Nasional (UN) 2010/2011 dengan mengunjungi sejumlah sekolah di Rayon 10, yakni SMA 70 Jakarta, Sekolah Luar Biasa Santi Rama dan SLB Negeri 1 Lebak Bulus, Senin (18 April 2011) pagi.
Diharapkan agar UN dilaksanakan dengan penuh dedikasi sehingga tidak menyimpang dari Prosedur Operasi Standar (POS). “Awasi dan jaga dengan betul. Mohon selalu diingatkan kepada pengawas untuk memantau jangan sampai ada anak didik yang lupa (menuliskan) nama dan kode soal,” katanya kepada panitia UN.
Hari ini Senin, 18 April 2011, mendiknas melakukan inspeksi mendadak di Sekolah Menengah Atas Negeri 70, Jakarta Selatan. Pukul 05.35, Muhammad Nuh sudah berada di salah satu SMA favorit ini untuk menyaksikan langsung pembagian soal di rayon 10, Jakarta, ini. Menurutnya pelaksanaan ujian ini akan diawasi oleh dinas dan kelompok independen dari universitas serta oleh rayon. Menurutnya, pentingnya dibuat rayon-rayon adalah agar pendistribusian soal ujian tepat waktu.
Setelah melakukan sidak di SMA 70, Mendiknas menyaksikan pelaksanaan ujian nasional di Sekolah Luar Biasa Santi Rama Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan. Dari SLB Santi Rama, menteri Nuh melanjutkan inspeksi mendadaknya ke SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jalan Pertanian Raya, Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ujian nasional tingkat sekolah menengah umum dan yang sederajat berlangsung mulai hari ini. Mata pelajaran yang akan diujikan adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Setelah siswa SMU menjalani ujian, akan disusul siswa SMP yang akan dilaksanakan tanggal 25-27 April 2011, kemudian siswa SD tanggal 2-4 Mei 2011. UN hari pertama jenjang SMA/MA mengujikan dua mata pelajaran yang dimulai 08.00-10.00. Mata pelajaran pertama yang diujikan adalah Bahasa Indonesia. Selanjutkan pukul 11.00-12.00 siswa program IPA mengerjakan mata pelajaran Biologi, lalu program IPS, Sosiologi, Sastra Indonesia untuk program bahasan, dan Fikih untuk program keagamaan. Sementara pada jenjang SMK/SMALB hanya mengerjakan satu mata pelajaran, yaitu Bahasa Indonesia.
Masih ada peluang
Sebenarnya perubahan seperti apapun atau bagaimanapun caranya UN itu tergantung akhlaq para orang-orang yang memerang sistem. Saya mencermati celah-celah kecurangan baik model yang dulu maupun model yang sekarang.. Model penilaian seperti ini masih akan membuka celah yang besar bagi sekolah untuk korupsi. Karena masih ada dan tidak tertutup kemungkinan orangtua murid yang ingin memasukkan anaknya di sekolah tertentu yang dianggap favorit. Dan orangtua tersebut meminta guru atau kepala sekolah untuk mengubah pencapaian nilai-nilai anaknya di kelas-kelas sebelumnya. Hal ini tentu saja membuka peluang, jika sekolah tidak berakhlaq maka sekolah tersebut dapat menyulap atau membuat rapor baru dengan imbalan uang tertentu yang dinegosiasikan. Hal tersebut sudah sering terjadi dan merupakan kejahatan akademis. Kondisi di negara ini sudah sangat jelas terlihat merupakan hasil pendidikan dari yang terdahulu. Jika orientasi hanya menjadikan orang pintar-pintar saja dengan akhlaq yang ala kadarnya, maka yang terjadi adalah akan ada orang-orang pintar yang memegang kunci legalitas tapi akhlaqnya buruk. Akibatnya, orang-orang tersebut dapat mempengaruhi orang-orang yang di bawahnya dengan serangkaian kebijakan, UU, peraturan yang sepertinya legal, tapi kalau dilihat dengan hati nurani sangat salah besar. Kejahatan dilegalkan dengan UU, Perpu, dsb. Dengan adanya hal-hal yang terjadi di negeri ini yang jelas-jelas bertentangan dengan hal-hal normatif yang diajarkan di sejak SD sampai dengan SMA. Jika ada kepentingan umum dan kepentingan pribadi yang bersinggungan, mana yang lebih didahulukan? Mestinya kepentingan umumlah yang harus didahulukan jika berkaca dari apa yang diajarkan di sekolah. Tapi hal ini bertentangan dengan realitas misalnya tentang pembangunan gedung MPR/DPR yang jelas-jelas berorientasi pada kepentingan pribadi yang diakibatkan para anggotanya kurang pandai sehingga membutuhkan banyak staf ahli. Jadi apa yang harus diajarkan oleh para pendidik khususnya PKn atau PMP (jaman dulu)? Jawaban normatif atau kenyataan? Bagaimana bila soalnya berupa pilihan ganda yang tidak ada ruang bagi siswa menjelaskan kenapa ia harus menjawab hal tersebut.
Dan sampai saat ini dalam kenyataannya, belum tersiar kabar jika ada murid/siswa/guru yang melaporkan adanya kebocoran diundang oleh Presiden dan diekspose besar-besaran ala OSN (Olimpiade Sains Nasional) bahwa orang-orang tersebut adalah para penjaga moral (guardian of moral value) bagi bangsanya. Justru yang terjadi adalah orang-orang tersebut malah dimutasi, atau malah tenggelam tidak terdengar beritanya. Seharusnya mereka juga diundang sama seperti orang-orang yang nilai UN nya tertinggi diundang Presiden. Orang-orang yang memilih jujur ini setidaknya sudah lulus ujian anti korupsi untuk jenjang pendidikannya.
Kesimpulannya, sampai saat ini pendidikan kita bila ganti Menteri maka selalu ganti sistim. Dunia Pendidikan Indonesia terus dijadikan bahan percobaan ! Sampai kapankah hal ini akan terus begini? Benarkah Ujian Nasional tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar