TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS

"TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS"

Kamis, 22 September 2011

LINTAH RAKSASA MENYERANG KOTA DEMAK



Setelah Belalang, Tikus, Ulat Bulu, kini Lintah Raksasa menyerang kota di Indonesia. Kemarin kota Demak Jawa Tengah dikejutkan dengan adanya serangan lintah raksasa sebanyak lebih dari ribuan lintah. Hal itu sudah terjadi sejak seminggu yang lalu, dimana awalnya penyerangan lintah tersebut mulai pada hari Minggu tanggal 5 Juni 2011. Ada sekitar ratusan lintah menyerang daerah pemukiman desa Timbulsloko kecamatan Sayung setelah terjadi banjir air laut (rob) yang melanda daerah tersebut. Lintah jumbo itu tidak terlihat karena warnanya sama persis seperti lumpur. Kemudian setelah surut lintah tersebut merayap ke dalam rumah-rumah warga desa. Rob di daerah tersebut seharusnya tidak masuk ke dalam dekat pemukiman warga, namun karena tanggul bambu yang menjadi penahan gempuran ombak kini sudah tidak dapat menahan air pasang lagi, membuat rob masuk keperkampungan.
Kemudian pada hari Kamis tanggal 9 Juni 2011 lalu penyerangan lintah malah semakin menjadi-jadi. Ada sekitar ribuan lintah yang menyerang permukiman warga di Demak, Jawa Tengah. Dan diperkirakan serangan lintah tersebut akan terus bertambah dalam jangka waktu tak terbatas. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupten Demak telah melakukan penelitian dan memastikan bahwa lintah yang menyerang warga di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, itu bukan jenis penghisap darah.
Hal itu diketahui dari ciri lintah laut yang memiliki dua tentakel di ujung kepala yang berfungsi sebagai sensor. Tentakel merupakan tanda bahwa lintah laut merupakan jenis ‘mollusca’ atau siput pemakan daging atau karnivora. Nama lain dari lintah itu adalah ‘Discodoris Sp’. Harusnya lintah laut hidup dalam 100 meter di bawah permukaan laut. Setiap bereproduksi, lintah akan muncul ke permukaan laut dan menempel di karang-karang untuk bertelur. Tetapi lintah-lintah tersebut terhempas gelombang pasang akhirnya terbawa ke perkampungan penduduk bersamaan dengan rob.
Proses perkembangbiakan lintah di permukiman warga berlangsung cepat karena lintah termasuk hewan hermaprodit atau berkelamin ganda. Setiap kali bertelur lintah mampu menghasilkan dua juta telur, namun karena berbagai faktor hanya sekitar sepuluh persen saja yang dapat menetas. Reproduksi lintah tersebut setiap tiga bulan sekali dan waktu yang dibutuhkan hingga menetas hanya 7 - 10 hari saja. Pada kondisi normal masa hidup lintah bisa mencapai 1 tahun.
Setelah diketahui lintah tersebut dianggap tidak berbahaya, pemerintah tidak melakukan upaya pembasmian. Bahkan, menurut pihak DKP, bila diekstrak lintah laut berguna sebagai anti-oksidan dan obat vitalitas pria. Sehingga balik keluhan rasa yang menjijikan terhadap banyaknya jumlah lintah laut yang kini menghuni desa Timbulsloko, dapat dimanfaatkan bagi warga desa tersebut. Karena linta laut itu mengandungan protein yang cukup tinggi, dimana 50 persen terdiri dari daging, berkhasiat sebagai anti oksidan yang berfungsi untuk kekebalan tubuh maupun penawar racun. Disamping itu dapat juga digunakan untuk menambah vitalitas kaum pria dengan cara dikeringkan terlebih dahulu kemudian dihaluskan untuk dibuat ekstrak lalu diminum. Namun sejauh ini belum pernah ada yang mencobanya. Dengan demikian berarti serangan lintah tersebut bukan mendatangkan malapetaka tetapi mestinya malah mendatangkan rejeki bagi perkampungan tersebut.-
*(Sumber dari berbagai media, photo by Google)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar