TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS

"TERUSLAH MENULIS SELAMA KITA MASIH BISA MENULIS"

Jumat, 23 September 2011

ABRASI LAUT DI BENGKULU ANCAM HABITAT PENYU


13083755511111290275
Penyu di Pulau Enggano (photo by Google)
Kelestarian habitat penyu khususnya di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara dan Muko Muko Provinsi Bengkulu, terancam akibat abrasi di pantai barat pulau Sumatera. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu, Amon Zamora di Bengkulu, pada hari Jumat 17 Juni 2011 kemarin, bahwa laju abrasi laut didaerah tersebut sudah sangat tinggi dan mengakibatkan cagar alam Muko Muko I dan II sudah hilang. Sepanjang 270 kilometer pantai yang mencakup tiga kabupaten dan kota yaitu Bengkulu Tengah, Bengkulu Utara dan Muko Muko merupakan habitat bertelur satwa penyu.
BKSDA mencatat, terdapat lima jenis penyu yang dilindungi di perairan Bengkulu, yaitu penyu lekang, penyu sisik, penyu hijau, penyu belimbing dan penyu tempayan. Abrasi di Muko Muko yang membuat badan jalan menjadi ambles, pasti akan mengancam kelestarian penyu yang masih sering bertelur di lokasi tersebut.
1308375856572908914
Abrasi pantai Muko Muko (photo by Google)

Untuk itu perlu penanganan yang sangat serius dalam mengatasi masalah abrasi pantai barat itu. Meskipun sudah dibangun sejumlah pemecah ombak, namun titik abrasi masih terus bertambah, bahkan mengancam fasilitas umum seperti jalan dan jaringan listrik. Disamping itu selain ancaman abrasi, perburuan penyu untuk diperjualbelikan juga mengancam kelestarian satwa yang dilindungi itu. Perburuan penyu disini masih marak terutama di perairan Bengkulu dan Pulau Enggano.
Khusus di Pulau Enggano perburuan semakin mengkhawatirkan sebab pembunuhan terhadap satwa itu tidak hanya untuk kepentingan adat tapi sudah dikomersilkan. Bahkan menurut Ketua Tim Patroli BKSDA Bengkulu Resor Pulau Enggano, Rendra Regen Rais, menjelaskan bahwa perburuan penyu secara liar masih tinggi di pulau itu. Sebenarnya masalah ini sudah pernah dibahas dengan tetua adat agar keberadaan penyu dalam menu pesta adat hanya sebagai syarat, bisa hanya satu ekor untuk setiap pesta. Namun dari hasil patroli BKSDA Bengkulu Resor Enggano telah ditemukan adanya pembunuhan penyu untuk diperdagangkan dengan barang bukti kepala dan kerapas satwa yang biasanya ditinggalkan pemburu di pinggir pantai. Dan juga masih ada faktor lain yang mengancam kelestarian penyu-penyu itu yaitu adanya babi hutan dan biawak yang sering memakan telur penyu tersebut.
Untuk itu perlu adanya ketegasan dari pihak Pemerintah Provinsi guna penanganan masalah cagar alam di Muko Muko dan Pulau Enggano yang merupakan habitat penyu-penyu yang dilindungi. Sehingga diharapkan masyarakat setempat masih dapat melindungi kelestarian satwa penyu di daerah tersebut.-
*(Sumber dari berbagai media)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar